Sukses

Gempa Turki dan Suriah, Kota Aleppo Terparah Terkena Dampak

Kota Aleppo yang sebagian besar hancur karena perang saudara kini menjadi lokasi terparah akibat gempa Turki dan Suriah yang melanda wilayah itu apda Senin, 6 Februari 2023.

Liputan6.com, Jakarta - Kota Aleppo yang dilanda perang di Suriah, adalah salah satu lokasi yang terkena dampak gempa mematikan yang juga menghancurkan sebagian Turki Selatan.

Mengutip BBC, Selasa (7/2/2023), lebih dari 1.600 orang telah dilaporkan tewas sejauh ini di Suriah Utara setelah gempa tersebut. Tim penyelamat darurat mengatakan banyak bangunan rusak atau hancur dan orang-orang terjebak di bawah reruntuhan.

Wilayah tersebut menjadi rumah bagi jutaan pengungsi yang mengungsi akibat perang saudara. Kontrol Suriah Utara dibagi antara pemerintah, pasukan yang dipimpin Kurdi dan kelompok pemberontak lainnya.

Mereka tetap terlibat dalam konflik. Bahkan sebelum gempa bumi, situasi di sebagian besar wilayah itu sangat kritis dengan cuaca sangat dingin, infrastruktur yang runtuh, dan wabah kolera yang menyebabkan kesengsaraan bagi banyak orang yang tinggal di sana.

Sebagian besar Aleppo hancur dalam perang saudara yang pecah pada 2011 ketika pemberontakan damai melawan Presiden Suriah Bashar al-Assad berubah menjadi kekerasan.

Meski ada upaya untuk membangun kembali kota, pusat komersial sebelum perang Suriah, ada infrastruktur yang bobrok, ditambah bangunan yang hancur, dan pemadaman listrik biasa terjadi.

Menurut laporan jumlah yang terpisah dari pemerintah Suriah dan kelompok penyelamat the White Helmets yang beroperasi di daerah yang dikuasai pemberontak, lebih dari 1.600 orang tewas di wilayah itu setelah gempa Turki dan Suriah.

Sebuah video yang diunggah di media sosial, dan diverifikasi oleh BBC menunjukkan sebuah bangunan di Aleppo roboh ke tanah, seiring warga yang melihat bergegas menyelamatkan diri.

Gempa berkekuatan magnitudo 7,8 terjadi pada pukul 04.17 waktu setempat, Senin, 6 Februari 2023 di kedalaman 17,9 km di dekat kota Gaziantep, Turki. 12 jam kemudian, gempa kedua hampir sama besar melanda 130 KM (80 mil) ke utara.

Kepada Reuters, beberapa warga Aleppo menuturkan, kalau tidak punya tempat tujuan, baik karena rumah mereka hancur atau karena takut gempa susulan.

2 dari 4 halaman

Warga Terjebak di Reruntuhan Bangunan

Seorang juru bicara White Helmets menggambarkan Suriah barat laut sebagai “daerah bencana” dan mengatakan keluarga tetap terjebak di bawah reruntuhan. Seorang pria di Kota Jandairis mengatakan kepada AFP, dia telah kehilangan 12 anggota keluarga dalam gempa itu. Yang lain menuturkan, beberapa kerabat terjebak di bawah reruntuhan.

"Kami mendengar suara mereka, mereka masih hidup, tapi tidak ad acara untuk mengeluarkan mereka,” ujar dia.

"Tidak ada yang menyelamatkan mereka. Tidak ada mesin,” ia menambahkan.

Di wilayah yang dikuasai pemerintah, semua layanan darurat negara telah tersedia, termasuk tentara dan relawan mahasiswa. Namun, Hesham Shawish, dari BBC Monitoring’s menuturkan, ini tidak cukup untuk menangani skala kehancuran.

The International Rescue Committee, sebuah badan amal dengan lebih dari 1.000 anggota staf di lapangan di daerah yang dikuasai oposisi di Suriah, mengatakan pihaknya telah menangani wabah kolera pertama di kawasan itu dalam satu dekade dan bersiap hadapi badai salju yang mendekat ketika gempa melanda.

Kondisi beku dan hujan deras menghambat upaya penyelamatan. Direktur Middle East Advocacy, Mark Kaye menggambarkan situasi tersebut sebagai “krisis di dalam krisis” dan mengatakan sebagian besar kawasan tidak dapat dihubungi karena rusaknya jaringan komunikasi.

Mungkin juga perlu waktu untuk kedatangan bantuan internasional. Suriah barat laut telah menjadi salah satu tempat tersulit untuk dijangkau dengan hanya satu penyeberangan kecil di perbatasan Turki yang tersedia untuk mengangkut sumber daya ke daerah-daerah yang dikuasai oposisi.

3 dari 4 halaman

Gempa Turki, WHO Prediksi Korban Tewas Bisa Lebih dari 20 Ribu

Sebelumnya, korban luka maupun tewas akibat gempa Turki dan Suriah terus bertambah. Data menunjukkan saat ini ada sekitar 3.400 orang meninggal usai gempa berkekuatan 7,8 Magnitudo dan 7,5 Magnitudo yang mengguncang pada Senin, 6 Februari 2023.

Angka itu bakal terus bertambah seiring para penyelamat berhasil menemukan para korban gempa bumi. Menurut prediksi World Health Organization (WHO) korban bisa mencapai delapan kali lipat dari angka yang ada sekarang atau mencapai lebih dari 20 ribu korban tewas.

"Kami selalu melihat hal yang sama saat kondisi gempa bumi. Laporan awal jumlah orang yang meninggal atau terluka akan meningkat cukup signifikan pada minggu berikutnya," kata pejabat darurat senior WHO untuk Eropa, Catherine Smallwood kepada AFP.

Kondisi Turki yang saat ini sedang dingin bahkan masih bersalju bisa membuat banyak orang sulit berlindung. Hal ini akan menambah bahaya bagi korban gempa bumi di sana.

Belum lagi gempa susulan yang masih ada membuat kekhawatiran bakal ada bangunan yang ambruk bertambah.

"Kami masih merasakan gemgap susulan dan masih ada kekhawatiran bahwa mungkin masih ada lagi bangunan yang akan runtuh," kata koresponden BBC seperti mengutip laman tersebut.

 

4 dari 4 halaman

Turki Berada di Zona Gempa Aktif

Turki merupakan salah satu negara yang masuk dalam zona gempa paling aktif di dunia. Gempa sebenarnya hal yang kerap dirasakan warga di sana. Namun, gempa yang terjadi pada Senin kemarin termasuk yang mengerikan.

Beberapa warga di sana mengira itu adalah akhir zaman seperti disampaikan warga Kahramanmaras, Melisa Salman.

"Pertama kali kami mengalami hal seperti itu. Kami pikir itu adalah kiamat," kata Melisa.

Gempa pertama pada Senin Senin dini hari kemarin berkekuatan 7,8 M yang merobohkan bangunan saat orang-orang tertidur. Kemudian terjadi gempa susulan dengan kekuatan 7,6 M beberapa jam setelahnya. Dua gempa ini membuat banyak bangunan bertingkat kini jadi rata dengan tanah. 

Menurut Survei Geori Amerika Serikat, gempa ini berpusat sekitar 33 km dari Gaziantep, sebuah kota besar di Turki.

Tahun-tahun sebelumnya, Gempa mematikan yang pernah melanda Turki terjadi pada 1999. Saat itu, lebih dari 17 ribu orang korban tewas akibat gempa yang berpusat di barat laut Turki.

Puluhan tahun sebelumnya, pada 1939, ada 33 ribu orang meninggal akibat gempa yang berpusat di Provinsi Erzincan yang berada di timur Turki.